KHOTBAH KRT Sektor 3 tgl 7 Maret 2007
Pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikuti Dia
22 Dan Yesus berkata : ’ Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”
23 KataNya kepada mereka semua : ” Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. ”
24 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.
25 Apa gunanya seorang memperoleh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?
26 Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaanNya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus.
27 Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya diantara yang hadir disini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Kerajaan Allah.”
Untuk memberi gambaran pada kita mengenai konteks dari perikop ini ada baiknya kita kembali pada ayat 18 hingga 21, yang akan saya bacakan bagi kita semua.
(baca ayat 18-21)
Dalam ayat 20 Yesus bertanya kepada murid-muridNya :’ Menurut kamu, siapakah Aku ini? Dan Petrus menjawab :’Mesias dari Allah.” Mesias artinya Juruselamat. Apabila Yesus bertanya pada kita masing-masing yang ada ditempat ini .’ Menurut ibu/bapak ...., siapakah Aku ini ?, bagaimanakah kita menjawabnya? Hampir pasti kita akan mengaku Yesus sebagai Tuhan, sebagai Juruslamat kita. Tapi apakah kita sudah memahami makna dan konsekwensi dari pengakuan kita itu ?
Perikop ini mengandung banyak konsep dan pengertian yang kalau digali lebih jauh akan menjadi sangat luas. Namun dalam kesempatan ibadah KRT kita malam ini saya membaginya dalam 4 bagian utama yang dituntut dari kita dan saya ingin kita renungkan lebih jauh yaitu : 1. Mengaku Kristus sebagai Tuhan. 2. Menyangkal diri kita, dan 3 : Memikul salib kita dan 4 : Mengikut Kristus.
1. Mengaku Kristus sebagai Tuhan
Mengaku Kristus sebagai Tuhan adalah bagian dari jatidiri kita sebagai orang Kristen, bagian dari proses penyelamatan umat manusia, yang menjadi pesan pokok dan rangkuman seluruh isi firman Tuhan. Hal ini merupakan inti dari pengakuan iman kita yang setiap Minggu kita ucapkan.
Dalam Roma 10 ayat 9-10 dikatakan sbb :
Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.
Ayat ini merupakan penjelasan yang lebih rinci dari apa yang dikatakan lebih tegas pada Kisah Rasul 16:31 :
Jawab mereka :’Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’
Maka jika kita mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan kita, dan percaya sepenuhnya bahwa Allah telah membangkitkanNya dari antara orang mati, maka kita akan diselamatkan. Apa artinya pengakuan ? Pengakuan adalah hati yang percaya dan diwujudkan dalam perbuatan. Pengakuan adalah iman dalam hati yang murni dan dinyatakan hingga terwujud dan terdengar. Bukan hanya mengucapkan Aku Percaya dengan keras dan benar, tetapi kata2 yang keluar dari mulut namun berasal dari hati. Oleh karena itu kita tidak mungkin selamat karena iman kita namun tidak mau mengaku Yesus sebagai Tuhannya dihadapan manusia. Tetapi perikop ini akan mengatakan lebih dari sekedar berkata-kata, tetapi melalui beberapa proses. Tak ada orang yang benar-benar mengaku Yesus Kristus sebagai Tuhannya jika dia tidak menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Dia.
23 KataNya kepada mereka semua : ” Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. ”
Ayat ini tidak ditujukan hanya kepada murid-muridNya tetapi kepada semua orang. Kita perhatikan perkataan ” ia harus...” Ini bukan pilihan, sesuatu yang dapat dihindarkan, namun merupakan perintah. Didalam judul perikop ini dikatakan merupakan persyaratan bagi setiap orang yang mau mengikut Yesus.
Logika dari perkataan Kristus ini adalah bahwa tak ada seorangpun yang luput dari kriteria ini. Bayangkan seorang berkata :’Aku menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatku, yakni Dia Putra Allah yang menebusku dan menjadi Tuhanku, namun yang mengatur jalan hidupku adalah aku sendiri.’ Ini tidak mungkin bagi orang yang mengaku dirinya Kristen. Ini adalah orang yang mengaku-ngaku sebagai Kristen, yang mempermainkan keKristenan itu sendiri.
Bagaimana kita bisa tidak mengaku kepada Kristus apabila Allah sendiri telah memuliakanNya ?
Mari kita baca dari Filipi 2 : 9-11 sbb :
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama diatas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada dilangit dan yang ada diatas bumi dan yang ada dibawah bumi, dan segala lidah mengaku ’Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa.’
Saudara-saudaraku, bukankah kita harus meninggikan Yesus Juruslamat sebagai Kristus yang diutus oleh Allah Bapa? Pengakuan kita haruslah seperti Petrus dan Yohannes yang dengan berani mengaku dihadapan pemuka Yahudi sesudah Yesus naik ke surga, yang kita baca pada Kisah Rasul 4 ayat 12 sbb :
Dan keselamatan tidak ada didalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.
Hubungan kita dengan Kristus yang menyelamatkan kita, dalam bentuk pengorbananNya dikayu salib itu diberikan kepada kita sebagai pemberian, anugerah, bukan karena sesuatu yang kita lakukan. Mengapa? Karena dialah Yesus. Dengan perkataan lain, kita mengasihi Yesus, karena Dia lebih dahulu mengasihi kita dan menyerahkan diriNya bagi kita. Maka jika kita mempermainkan keKristenan kita diluar dasar tadi, lebih baik kita berhenti membuang-buang waktu kita. Jika kita tidak tertarik mengenai hal ini, maka tidak ada apapun dalam iman Kristiani yang dapat menarik perhatian kita. Namun jika kita sungguh-sungguh mengasihiNya maka kita akan melakukan hal yang kedua yaitu :
2.Menyangkal diri kita
Konsep ini termasuk yang paling sulit untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang menganggap bahwa menjadi orang Kristen berarti harus menjauhkan diri dari kenikmatan duniawi, atau hal-hal yang bersifat materialistis. Sesungguhnya yang dikatakan disini jauh lebih dari itu. Bukan saja kita menyangkal akan beberapa hal dalam dunia ini, namun lebih ke akarnya yaitu menyangkal diri kita itu sendiri. Artinya sifat manusia yang selalu mendahulukan dirinya sendiri, mengagungkan diri sendiri. Tuhan tidak mengatakan agar mengabaikan keunikan diri kita sebagai ciptaan Tuhan yang diciptakanNya agar memuliakanNya. Yang perlu kita sangkal adalah ’kemutlakan atau keutamaan diri sendiri’. Kita diminta untuk selalu melihat Yesus sebagai Tuhan yang mutlak dan mulia, dimana kita dihadapanNya demikian kecil. Kita diminta agar berkata padaNya, seperti juga Yesus yang mengaku kepada Allah Bapa ’bukan kehendakku, tetapi kehendakMu lah yang jadi.’ Dalam Markus 14: 36 dikatakan sbb :
KataNya :”Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagiMu, ambillah cawan ini dari padaKu, tetapi janganlah apa yang aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.”
Dijaman sekarang, ini menjadi sulit karena kita dituntut untuk lebih percaya diri, mampu mengekspresikan diri, dan berbagai prinsip duniawi yang mendorong pemuasan diri sendiri se maksimal mungkin. Penyangkalan diri yang diminta dari kita adalah selalu mendahulukan kehendak Tuhan sebelum diri kita sendiri, dan bertanya dalam hati : Apakah yang kulakukan ini berkenan pada Tuhan ?
Rasul Paulus mengerti sekali penyangkalan diri ini dan menjalankannya hingga mati dipancung oleh penguasa Romawi. Penyangkalan diri ini dengan klasik dapat kita baca dalam Galatia 2 : 20 sbb :
Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup didalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang didalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku.
3. Memikul salib kita sendiri.
Di abad-abad pertama, mengaku sebagai Kristen dapat dikatakan menanggung risiko menjadi martir, karena mereka dikejar dan dibunuh karena imannya. Mereka seperti menanggung salib menuju kematian mereka sendiri. Di masa penginjilan mulai dengan misionaris ke daerah-daerah terpencil, konon, banyak diantara mereka yang berangkat naik kapal dan memuat barang-barang pribadinya didalam peti mati, bukan didalam koper. Mereka sudah merencanakan untuk mati disana, dan tidak terpikir untuk kembali lagi ke tempat asalnya. Dimasa sekarang banyak orang Kristen menterjemahkan ’memikul salib’ ini secara enteng, yaitu hidup saya yang miskin, sendiri, atau pekerjaan yang menguras tenaga atau pikiran, pergumulan keluarga, atau yang sering adalah penyakit atau kondisi kesehatan. Ternyata jauh lebih daripada itu. Memikul salib kita sendiri, sejajar dengan bagian sebelumnya yaitu penyangkalan pada diri kita sendiri. Seperti halnya Kristus telah mati bagi kita, maka kita juga harus menyerahkan hidup kita bagi Dia. Dan kita harus melakukannya setiap hari. Kita berbuat seperti yang dikatakan Paulus dalam Roma 6 :10-11 :
Sebab kematianNya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupannya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya, bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.’
Memikul salib kita setiap hari berarti membuat komitmen yang permanen bagi Kristus dalam hidup kita, karena Yesus juga komit pada kita. Dalam komitmen ini juga berarti komitmen pada gerejaNya. Dan apabila kita sudah menjadi jemaat gereja Tuhan tertentu, maka kita juga mempunyai kesetiaan kepada jemaat itu dan kepada pemimpin yang telah dipercayakan dalamnya. Kekristenan adalah komitmen seumur hidup, tanpa istirahat atau cuti, karena Yesus juga setia pada kita.
Wujud nyata memikul salib setiap hari ini misalnya :
a. mengikuti ibadah di gereja, meskipun saya masih capek atau ada godaan acara lain
b. memberi persembahan dalam setiap kesempatan, meskipun perlu dana
c.memenuhi kewajiban, sekalipun saya tidak menginginkannya
d. berbicara dalam nama Kristus, sekalipun harus melawan arus
e. berupaya mengajak orang mengenal Kristus
f. berbuat sesuatu yang saya tahu benar, sekalipun tak ada yang besertaku.
4. Mengikut Yesus
Yesus sungguh Kristus yang diutus oleh Allah Bapa bagi kita. Yesus sendiri dengan jelas mengatakannya dalam Yohannes 14:6 :
Kata Yesus kepadanya :”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Keselamatan yang dimenangkan Yesus bagi kita diberikan cuma-cuma. Hanya karena kasihNya semata dan diterima hanya dengan iman pula. Namun, sebagaimana telah diucapkan Yesus, ada yang harus kita lakukan untuk menjadi muridNya, untuk menjadi pengikutNya. Dikatakan pada Matius 10 ayat 22 dan 25 :
Dan kamu akan dibenci semua orang karena namaKu ; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.
Ketika kita menyatakan Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat dunia, maka kita akan dibenci oleh dunia ini, dan dituduh sebagai fanatik agama yang picik dan sempit dan tidak toleran. Bahkan di negeri-negeri yang kadar kebebasannya rendah atau tertekan, kita sering menjadi korban semena-mena, ditangkap, dipenjara, bahkan dibunuh.
Prioritas bagi anak-anak Tuhan – murid-murid Yesus, adalah menjadi berbeda dari orang-orang lain di dunia ini. Ketika dunia ini bersusah payah mengejar kehendaknya dan membuat pemilikan harta menjadi prioritas tujuan hidupnya, maka anak Tuhan berteguh untuk setia dan menjadikan pelayanan bagi Tuhan menjadi prioritas utama hidupnya. Karena bagaimanapun juga, apalah gunanya memiliki kekayaan dunia namun kehilangan jiwanya secara kekal ? Mari kita memeriksa diri kita, kehidupan kita. Apabila kita tidak ada bedanya, atau bahkan lebih buruk daripada tetangga kita yang tidak percaya, kiranya Tuhan mau membawa kita kepada pertobatan, hingga memperbaharui iman dan kasih kita pada Yesus. Jangan sampai dikatakan bahwa kita malu akan Juruselamat dan kita gagal untuk mengaku percaya dalam perkataan dan perbuatan. Akan tetapi, hendaknya kita setiap hari memikul salib kita dan mengikutNya. Dia berjanji akan selalu bersama kita ketika kita mengikut Dia, dan kita boleh yakin bahwa Dia akan mengaku bagi kita kehadapan Allah Bapa disurga pada hari terakhir penghakiman itu. Amin.
No comments:
Post a Comment