Monday, March 24, 2008

P.S. : I Love You

.
oleh : Ronald Hutapea *

Cinta. Semua orang menginginkannya. Rasa dicintai adalah sesuatu yang paling menakjubkan yang dapat kita alami. Cinta itu ‘sejuta rasanya’ kata sebuah lagu. Namun bukan sekedar cinta, tetapi harus cinta yang murni, yang tidak bersyarat. Adakah cinta kasih yang seperti itu ?

Belum lama ini saya menonton sebuah film berjudul P.S. I Love You. Tadinya saya berfikir, ah ini pastilah satu film yang liner, ketemuan, naksir, jadian, cekcok, selingkuh, akur lagi lalu hidup bahagia selanjutnya, seperti film-film Hollywood atau film nasional yang sedang marak sekarang ini. Namun ternyata bukan. Ada twist tersendiri yang membuat film ini unik dan menarik. Si wanita yang diperankan oleh Hillary Swank dikisahkan ditinggal oleh kekasihnya (Gerald Butler) yang meninggal karena kanker otak. Cerita ini menjadi unik, karena sang janda kemudian mendapat surat-surat dari sang kekasih pada saat-saat penting dalam kehidupannya. Rupanya sebelum meninggal suaminya telah mempersiapkan kejutan-kejutan ini datang sekaligus memberi isi dan kekuatan pada wanita itu.

Pada saat-saat pra Paskah sekarang ini saya jadi sadar bahwa kitapun telah ditinggal secara fisik oleh Yesus 2000 tahun yang lalu. Tetapi hingga saat ini ‘surat-surat cinta’ dari Tuhan selalu datang kepada kita, setiap hari dalam firmanNya, yang memberi kekuatan, petunjuk dan menghibur kita. Tuhan mengasihi kita sebagaimana adanya keseharian kita, bukan karena kebaikan atau kesucian kita. Firman Tuhan dalam Alkitab berisikan cinta kasihNya yang murni. Pernahkah anda berpikir apakah orang lain mencintai anda sebagaimana adanya anda. Mengapa cinta murni itu semakin sulit ditemui sekarang ini ? Mungkin karena kita mencarinya ditempat yang keliru. Mungkin saja kita mencari cinta didalam keluarga sendiri. Anda sudah berusaha sepanjang hidup menyenangkan dan membuat mereka bahagia. Namun itu tidak pernah cukup. Mungkin juga kita mencari cinta dalam suatu hubungan fisik. Anda berfikir :’ Jika saya menyerahkan tubuh saya, saya akan merasa dicintai.’ Namun itupun tidak berhasil anda peroleh.

Ada suatu ilustrasi berupa pengalaman seorang perawat, yang saya sarikan dari email yang saya terima beberapa waktu lalu. Dia bertutur, suatu pagi sekitar jam 8:30, seorang bapak yang sudah berusia sekitar 80an datang untuk mencabut jahitan di jempolnya. Dia katakan dia buru-buru karena ada janji jam 9. Saya segera melayaninya dan memintanya duduk, karena saya yakin baru sekitar satu jam lagi ada petugas yang dapat menanganinya. Pria itu sebentar-sebentar melihat pada arlojinya, sehingga saya memutuskan untuk menangani kasusnya karena kebetulan saya tidak menghadapi pasien. Saat pemeriksaan, saya lihat bahwa lukanya sudah menyembuh, jadi saya segera melepaskan benang jahitannya dan membalut kembali lukanya. Sambil bekerja, saya bertanya apakah dia ada janji dengan dokter ditempat lain, karena kelihatannya dia tergesa-gesa. Dia jawab tidak ada, tetapi dia harus buru-buru ke panti perawatan lansia supaya dapat makan pagi dengan isterinya. Lalu saya menanyakan perkembangan kesehatan isterinya. Dia jawab bahwa isterinya telah dirawat disana beberapa lama karena menderita Alzheimer. Saya tanyakan, apakah isterinya akan kuatir bila dia sedikit terlambat. Dia jawab, bahwa isterinya sudah tidak mengenali dia lagi, sejak lima tahun terakhir ini. Saya kaget, lalu bertanya ‘ Lho, anda tetap mengunjunginya setiap pagi, meskipun dia tidak mengenali anda?’ Pria tua itu tersenyum lalu menepuk tangan saya sambil berkata ‘Memang dia tidak mengenali saya, tetapi saya masih tahu dia siapa.’ Saya menahan air mata haru ketika pria itu berlalu. Lengan saya merinding sambil merenung, ‘ Inilah bentuk cinta yang saya inginkan hadir dalam hidup saya.’

Saudara, cinta murni tidak harus selalu lahiriah, atau romantis. Cinta murni adalah menerima apa adanya hari ini, atau hari-hari sebelumnya, dan juga menerima apa yang akan terjadi atau tidak akan terjadi esok. Kedamaian adalah saat kita menatap surya di senja hari dan tahu untuk berterimakasih kepada siapa. Orang yang paling bahagia tidak musti seseorang yang memiliki yang terbaik, melainkan mereka yang menikmati apa yang dia miliki. Rahasia meniti kehidupan ini bukanlah bagaimana agar selamat dari badai topan, akan tetapi bagaimana kita dapat menari dibawah derai hujan.’

Ada juga orang yang mencoba mencari cinta dalam popularitas. ‘Kalau orang mengenalku, aku akan dicintai dan diterima.’ Ternyata kebanyakan selebritis tidak menemukan cinta itu, bahkan betapa terkenalnyapun anda, anda masih merasa kesepian. Lalu, kemana kita mencari cinta yang benar murni, tak pamrih. Hanya ada satu tempat dimana cinta tidak pernah mengecewakan. Kasih murni hanya ditemukan pada Tuhan Allah. Allah adalah cinta. Tetapi bagaimana kita mengetahui apa Allah mencintai kita ? Dengan mengenal Yesus Kristus, kita akan melihat wujud cinta yang paling suci. Yesus berkata dalam Yohanes 3 : 16 ’ Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.’ Visualisasinya adalah didalam gambar Yesus yang tergantung dikayu salib. Itulah post –scriptum (P.S) terbesar yang diberikan pada kita . Allah menunjukkan cintaNya didalam sosok dan kehidupan Kristus. Dan Yesus menunjukkan bahwa cinta itu tidak diukur hanya dengan perasaan, melainkan dengan pengorbanan. Andaikan seseorang bertanya kepada Yesus ’Sebesar apakah cintaMu kepadaku?’ Dia merentangkan kedua tanganNya yang terpaku di kayu salib itu dan berkata ’Sebesar ini.’ Anda dan saya dapat menikmati cinta kasihNya. Selamat menyambut Paskah.

* penulis seorang warga jemaat GPIB Bukit Moria di Jakarta

No comments: