Friday, March 28, 2008

Gaya hidup remaja sehat !

Gaya hidup (menurut WHO)

Masalah kesehatan yang berhubungan dengan perubahan gaya hidup telah diasosiasikan dengan perubahan kebiasaan makan, contohnya: remaja dan makanan cepat saji, dan merokok, terutama dengan meningkatnya jumlah perokok usia muda. Proporsi dari jumlah penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang merokok secara regular diperkirakan sebanyak 22,9% di tahun 1995 dan meningkat menjadi 27,7% di tahun 2001. Penyalahgunaan obat dan bahan berbahaya, gaya hidup yang sedentari/ kurang aktif, dan kekerasan juga menjadi masalah kesehatan. Hambatan yang utama adalah kurangnya bantuan masyarakat dan komitmen nasional, terutama mengenai merokok.


Kehidupan Remaja Dalam Keluarga

Gambaran tentang hubungan remaja dengan anggota keluarganya diungkap dengan melihat penilaian remaja terhadap kegiatan yang dilakukan bersama keluarganya, ketersediaan waktu orangtua bersama anak, orang yang paling sering diajak memecahkan masalah dan kegiatan lingkungan yang diikuti.

Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi sosial keluarga ini, berikut disajikan sejumlah kegiatan yang sering diikuti secara bersama-sama oleh anggota keluarga menurut remaja. Sebanyak 60 remaja merasa tidak ada kegiatan keluarga yang dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang sering diikuti anggota keluarga. Selebihnya (40%) menyatakan sejumlah kegiatan yang sering diikuti walaupun dalam frekuensi yang sangat rendah seperti makan dan ibadah, kunjungan keluarga dan nonton TV. Kemudian menurut intensitas pertemuan dengan keluarga, 70% remaja merasa bahwa intensitas pertemuan keluarga masih belum maksimal, yang meliputi kategori jarang sebanyak 33,33 % dan kategori sangat jarang 36,67%. Besarnya angka ini mencerminkan bahwa menurut remaja sebagian besar keluarga masih kurang memperhatikan aspek kebutuhan sosial keluarga sesuai dengan tuntutan kebutuhan.

Minimnya kegiatan bersama anggota keluarga ini tidak terlepas ketersediaan waktu orangtua untuk mengadakan kegiatan tersebut. Sesungguhnya di mata remaja 63,33% orangtua mempunyai waktu yang memadai untuk mengadakan kegiatan bersama dan 36,6% kurang tersedia waktunya. Bila dibandingkan dengan data sebelumnya tentang intensitas pertemuan keluarga, ternyata hanya 30% yang sering mengadakan pertemuan. Ini berarti ada 33,33% keluarga yang ketersediaan waktunya memadai namun tidak memanfaatkannya untuk mengadakan pertemuan keluarga. Dalam kondisi yang demikian anak dapat mengambil kesimpulan (persepsi) tersendiri yang bersifat negatif terhadap keluarganya.

Dari segi pemanfaatan waktu untuk mengadakan pertemuan keluarga sebagaimana dimaksudkan di atas dapat melibatkan dua pihak. Pihak pertama adalah pihak orangtua sebagai pemimpin keluarga, dan pihak kedua adalah anggota keluarga lainnya termasuk anak (remaja). Di satu sisi orangtua sebagai kepala keluarga diharapkan mengambil inisiatif lebih dahulu, dan di sisi lain inisiatif mungkin datang dari anggota keluarga lainnya termasuk anak (remaja), namun keputusan tetap ditentukan oleh orangtua. Bahwa orangtua yang selalu menanggapi anak ketika mengutarakan pendapatnya hanya 26,67 %, sementara sebagian besar lagi (73,33 %) tidak maksimal dalam menanggapi. Sikap orangtua yang kurang dalam menanggapi anaknya ini dapat berakibat negatif terhadap anak. Misalnya anak menjadi malas dalam mengutarakan pendapatnya atau mengambil inisiatif tertentu terhadap satu masalah.

Persepsi Remaja terhadap Pola Asuh

Bahwa pola asuh yang dominan menurut remaja adalah pola asuh otoriter (83,33%), disusul dengan pola asuh permisif dan demokratis masing-masing 33,33%. Ini berarti bahwa menurut remaja terdapat 90 % keluarga yang kurang demokratis dalam menerapkan pola asuh terhadap anak-anaknya. Hal ini akan menciptakan iklim yang kurang kondusif bagi perkembangan anak.

Sejalan dengan pola asuh tersebut dapat dicermati lebih jauh dasar pemikiran dan tindakan orangtua dalam mengasuh anaknya. Pola asuh yang demokratis akan bertindak lebih rasional, dengan angka persentase yang kebetulan sama yaitu 33,33%. Demikian pula sebaliknya dengan pola asuh yang tidak demokratis (permisif dan otoriter) yang mempunyai persentase yang relatif sama dengan kategori tindakan yang tidak rasional (emosional dan irasional), yaitu 90%. Pola asuh yang dikembangkan dalam satu keluarga selanjutnya dapat mengantarkan anak pada satu gambaran tertentu tentang tingkat keharmonisan keluarga.

Kehidupan Remaja di Luar Rumah

Deskripsi tentang gaya hidup remaja di perkotaan digambarkan dengan melihat beberapa aspek kehidupan atau kegiatan remaja. Aspek tersebut adalah lokasi atau tempat yang paling sering dikunjungi, tujuan mangkal pada tempat yang dikunjungi, alasan untuk mendatangi tempat tersebut, keuntungan yang diperoleh mangkal di tempat tersebut, rata-rata lama waktu yang dihabiskan saat berkunjung, dan waktu yang paling sering digunakan untuk berkunjung.

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, bahwa lokasi yang banyak dikunjungi remaja adalah pusat kegiatan ekonomi maupun sosial yang lebih bernuansa hiburan. Adapun tujuan mereka mengunjungi tempat-tempat tersebut adalah (1) mencari uang, (2) mencari hiburan dan (3) cari teman baru. Dari ketiga jenis tujuan tersebut, mencari hiburan menjadi tujuan utama remaja. Sedangkan alasan mereka adalah 83,33% karena orangtua otoriter, 50% karena tidak betah di rumah, 16,67% karena tidak ada lokasi main, dan 16,67% membantu ekonomi keluarga. Alasan tersebut sejalan dengan keuntungan yang diperoleh remaja pada saat mangkal, yaitu dapat hiburan dan stres hilang (100%), dapat teman baru (53,33%) dan ketemu teman lama (13,33%). Alasan dan keuntungan tersebut juga sejalan dengan tujuan remaja mangkal, yaitu mencari hiburan (100%), dan cari teman baru (53,33%).

Faktor lain yang terkait dengan perilaku mangkal remaja ini adalah waktu yang sering digunakan remaja untuk mangkal. Sebanyak 60% pada siang hari, 23% sore dan 17% malam hari. Kemudian dilihat dari lamanya mangkal, 56,67% antara 1-3 jam, 26,67% antara 4-6 jam, dan16,67 % lebih dari 6 jam.

Data ini menunjukkan bahwa 83,33% remaja menghabiskan waktunya pada siang dan sore hari di luar rumah untuk mangkal. Perlu diketahui bahwa data tersebut hanya untuk satu kegiatan remaja yaitu mangkal. Artinya masih banyak kegiatan lainnya di luar rumah yang belum tercatat. Ini mengindikasikan bahwa intensitas pertemuan dengan anggota keluarga lainnya terutama dengan orangtua sangat terbatas. Terbatasnya pertemuan dengan anggota keluarga ini akan mempengaruhi kualitas hubungan sosial dalam keluarga. Bahkan lebih parah lagi 16,67 % remaja mangkal pada malam hari, dengan lama mangkal 16,67% lebih dari 6 jam. Meskipun persentasenya relatif kecil, namun alokasi waktu tersebut sangat rawan secara sosial dengan berbagai tindakan tuna sosial.

Persepsi terhadap Kenakalan



Berbeda dengan pendapat orang tua, bahwa berbohong, merokok, mejeng di mall, berkelahi/tawuran, dan minum minuman keras bukan termasuk tingkah laku nakal. Sedangkan jenis tindakan yang menurut remaja termasuk nakal, yaitu menggunakan narkoba, seks bebas, mencuri, memeras/ malak, dan merampok. Namun demikian sikap yang tegas tersebut ternyata tidak menjamin mereka tidak melakukan tindakan dimaksud. Misalnya demi persahabatan, ataupun pelarian sesaat.

Sedangkan faktor yang menyebabkan remaja bertingkah laku nakal, yaitu (1) teman sebaya, (2) lingkungan, (3) pola asuh otoriter, dan (4) pengaruh film dan TV. Dari faktor-faktor tersebut persentase tertinggi adalah pengaruh dari lingkungan (86,67 %) dan pola asuh otoriter orang tua (70,00%).

Keluarga sehat dan bahagia menjadi dambaan setiap orang tetapi bagaimana mendapatkannya? Simak tips smart berikut ini untuk dapat menjamin anda memiliki keluarga sehat dan bahagia!

Praktekan cinta yang tulus
Anda mungkin memiliki anggota keluarga yang tidak selalu sesuai dengan keinginan anda, tetapi ini bukan berarti anda harus mengasingkan mereka. Cintai mereka atas segala keanehannya dan rangkul perbedaan mereka. Ini dilakukan terutama pada anak-anak yang mulai mengembangkan penghargaan diri dari usia remaja.

Selalu berkomunikasi dengan orang tua
Anda mungkin tidak tinggal bersama mereka lagi tetapi bukan berarti tidak harus bertemu mereka secara teratur. Jaga tali keluarga dengan mengunjungi orang tua sedikitnya sekali dalam seminggu, dan rencanakan menghabiskan waktu bersama-sama. Cara ini akan membuat anak-anak anda belajar betapa pentingnya keluarga.

Membuat kesehatan suatu prioritas
Nutrisi yang baik dan olahraga teratur seharusnya menjadi bagian penting dari kehidupan keluarga. Habiskan waktu berkualitas bersama keluarga sendiri.
Waktu seperti ini penting karena akan memberikan anda kesempatan berkomunikasi sebenarnya dengan mereka.

Gantikan junk food dengan makanan ringan yang sehat
Gantikan minuman soda, permen, jenis makanan lain berkadar gula tinggi atau makan ringan bernutris rendah dengan jus buah-buahan segar, buah dan kacang-kacangan atau makanan tinggi serat untuk menanamkan kebiasan makan yang baik pada anak-anak.

Jangan gunakan televisi atau komputer sebagai babysitter
Yakinlah waktu anak-anak ditemani dengan aktivitas belajar yang kontruktif dibanding yang ada dalam televisi. Anak-anak dapat mudah terpengaruh dengan apa yang mereka lihat dan dengar di televisi. Jika mereka ingin menonton televisi, yakin apa yang mereka lihat adalah program bermanfaat. Juga hindarkan kebiasaan berjam-jam didepan komputer, asyik menjelajah dunia maya sehingga jarang kontak fisik dengan keluarga hendaknya dihindarkan dengan mengatur jam yang wajar untuk mengembangkan bakat komputer si anak.

Jauhkan rumah dari kekerasan
Berteriak, membentak, dan menampar hanya mengajarkan anak-anak menyampaikan kekerasan pada orang lain. Cobalah menemukan cara kreatif untuk mendisiplinkan mereka dengan tidak melibatkan kekerasan.

Mengecek kesehatan
Yakin untuk menepati janji bertemu dokter gigi atau gynekolog terutama imunisasi bagi anak-anak. Jika anda tinggal dengan orang tua yang telah ujur, awasi kesehatan mereka dengan membawa mereka ke dokter untuk mendapatkan check-up yang teratur.

Sebetulnya banyak sekali kebutuhan anak-anak untuk bisa tumbuh sehat.

Dari segi fisik anak-anak sejak dalam kandungan membutuhkan:

- nutrisi yang baik dan sesuai kebutuhan

- istirahat dan tidur yang cukup

- olahraga sesuai takaran

- imunisasi sesuai kebutuhan

- lingkungan tinggal yang sehat

Boleh jadi semua orangtua yang membeli tabloid gaya hidup bisa memenuhi kebutuhan fisik seperti di atas. Meski demikian, dengan terpenuhinya kebutuhan fisik tersebut belum berarti anak-anak akan tumbuh sehat jika kebutuhan untuk memiliki mental yang sehat tidak terpenuhi.

Kebutuhan mental emosional itu antara lain:

- cinta tanpa syarat dari ayah, ibu, dan keluarga

- memiliki kepercayaan diri dan rasa harga diri (self esteem) yang tinggi

- punya kesempatan bermain dengan anak-anak lain

- mendapat dorongan dan dukungan dari guru dan orang-orang yang mengasuhnya

- tinggal di lingkungan yang aman dan terlindung

- adanya pedoman dan disiplin yang jelas

1 comment:

-tmsh- said...

Is this your article, Dad? Btw, ada 1 lagi yg belum disebut, gaya kurang sehat buat remaja di jaman teknologi masa kini: too much internet & unrestricted browsing (majority of users at "happy blogging" sites like myspace.com and facebook are teenagers), hence leading to the symptoms you already mentioned (lack of family relationship, etc).